Siapa
yang tidak kenal sosok Gus Dur di Indonesia, sosok Kyai NU yang eksentrik dan
banyak menuai berbagai pujian serta kecaman. Hal ini karena sosok Gus Dur
sendiri yang memang terkadang memunculkan gagasan-gagasan baru yang umumnya
kurang familiar di telinga masyarakat Indonesia, sehingga menjadi bahan tabu
untuk dibicarakan (kontroversi). Gus Dur sendiri adalah seorang putra dari
tokoh nasioanl yang juga pahlawan nasional yang ikut andil merumuskan
butir-butir PANCASILA yaitu KH. Wahid Hasyim, yang juga merupakan putra dari
seorang ulama besar dan juga sekaligus pendiri organisasi NU, KH. Hasyim
Asya’ari dengan gelarnya yang diberikan oleh warga Nahdhiyin sebagai Hadratus
Syaikh (Guru Agung).
Jumat, 11 Maret 2016
Rabu, 09 Maret 2016
ORGANISASI SARUNGAN BERWAJAH MODERAT
Sumber Foto: muslimedianews.com
Nahdhatul ulama atau NU adalah organisasi massa berbasis agama
Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Organisasi yang secara formal
berdiri pada tanggal 31 januari 1926, atas prakarsa para ulama waktu itu. Salah
satu tokoh penting dalam pendiri organisasi ini adalah K.H. Hasyim Asyari,
beliau adalah seorang tokoh sentral dalam terbentuknya organisasi yang berperan
besar dalam perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini. Hingga beliau sendiri
mendapat gelar yang tinggi dikalangan Nahdhiyin, dengan gelarnya Hadratus
Syaikh (guru Agung).
Jumat, 04 Maret 2016
KEADILAN ALI BIN ABI THALIB: Ali dan Perjuangannya Membela Hak Asasi Manusia
Sumber Foto: nute.edu.vn
Pengantar
Adil adalah kata yang mungkin dalam sejarah
manusia adalah kata yang paling sering didengungkan dan menjadi idaman manusia.
Adil memiliki banyak pengertian menurut para Ahli. Namun dalam pandangan
penulis pengertian yang paling sesuai untuk adil adalah meletakkan sesuatu pada
tempatnya. Ini adalah pengertian yang diberikan oleh seorang kader dan pemimpin
terbaik Islam yang merupakan keluaran dari madrasah Nabi Saw. yakni Ali bin Abi
Thalib.
FATIMAH: SIMBOL PERJUANGAN DAN PEMBEBASAN ATAS PENINDASAN HAK-HAK PEREMPUAN
Ilustrasi
Perempuan
dalam konteks kebudayaan
tak jarang dianggap sebagai sosok yang lemah dan tak berguna. Pandangan ini
muncul karena wanita dianggapnya tidak bisa berbuat apa-apa dan
bahkan
justru membebani kehidupan dalam keluarga
dan masyarakat. Dan ini pulalah yang terjadi pada masa Arab jahiliyah
pada masa sebelum kedatangan (bahkan
setelah
kedatangan) Nabi. Wanita pada masa tersebut dianggapnya sebagai
barang rongsokan dan hama dalam keluarga. Wanita dipandangnya sebagai aib,
sehingga dalam tradisi, mereka terbiasa
dengan membunuh anak-anak perempuan mereka dengan menguburnya secara
hidup-hidup untuk menutupi aib dari lingkungan masyaraktnya. Kalaupun harus
hidup, wanita itu tak memiliki hak apapun pada dirinya.
Langganan:
Komentar (Atom)











