Rabu, 04 November 2015

Andai Allah Bukan Penutup Aib

Bismillahirrahmanirrahim, inilah satu kalimat yang selalu diawalkan ketika membaca al-Qur’an dan ketika kita ingin memulai suatu kegiatan. Islam mengajarkan agar umatnya senantiasa menyandarkan segala sesuatu yang dilakukan —baik sebelum, sedang, hingga selesai— seluruhnya kepada Allah. Inilah yang disebut dengan kepasrahan atau tawakkal. Dengan menyebut nama-Nya yang Maha pengasih lagi Maha penyayang adalah arti dari kalimat bismillāhirrahmānirrahīm. Dalam kalimat ini yang ditunjukkan oleh Allah adalah sifat welas asih-Nya yaitu sifat rahman dan rahim.

Sifat rahman dan rahim inilah yang meliputi dunia ini, dalam dunia sufi, ada dua sifat yang diyakini dan memang ada dalam Zat Tuhan yakni Jalaliyah dan Jamaliyah. Sifat Jalaliyah adalah sifat yang identik dengan kemahaperkasaan atau kekuasaan Tuhan, jadi asma’ Tuhan yang identik dengan keperkasaan dapat digolongkan ke dalamnya, seperti; Al-Malik, Al-Jabbar, Al-Qawiyy, dll. Sementara sifat jamaliyah Tuhan adalah sifat kelemahlembutan Tuhan. Sebagaimana tersebut dalam kalimat basmalah di atas, yakni rahman dan rahim.

Allah Cahaya Langit dan Bumi (Seri Tasawwuf I)

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ  
وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. 24:35.

Ayah

Ayah, ini kali kedua aku menyapamu lewat kata
Apa kabarmu di sana?
Di dunia yang manusia hidup tak pernah tahu.
Apakah kau masih mengingatku?
Meski jasadmu telah terpisah dari ruhmu.
Alangkah rindunya aku
Rindu yang mengerucut jadi sendu
Lalu menepi di sudut-sudut mata dan berkaca-kaca
Ayah, di negeri asing ini
Aku sendirian, kesepian, ah sudahlah
 04 November 2015

Selasa, 03 November 2015

Antara Saya, Muslim, Jawa dan Bali (Refleksi)

Pada essai ini, saya ingin menulis semacam refleksi dengan judul, “Antara Saya, Muslim, Jawa dan Bali”. Menurut saya ini sangat menarik sekali untuk diceritakan. Perkenalkan, nama saya Deni Gunawan. Saya dari Bali, asli lahir di Bali. Ayah saya adalah orang Bali Asli meski nenek moyang kami adalah campuran Bugis-Bali. Dalam konteks Bugis-Bali ini tidak akan saya jelaskan karena persoalan sejarah yang cukup panjang dan membutuhkan kajian yang cukup mendalam. Kembali dalam konteks saya, jika kita perhatikan nama saya, tidak akan kita temukan ada unsur-unsur Balinya sama sekali. Bahkan jika merujuk dari nama Deni-nya terkesan kesunda-sundaan. Ya nama Deni memang khas Sunda, meski secara darah saya tidak ada keturunan Sunda sama sekali.

Otoritas Agama, Siapa Yang Berhak?

Akhir-akhir ini kita sering mendengar banyaknya tindak kekerasan dengan dasar beda keyakinan. Orang-orang dengan mudah tanpa merasa berdosa dapat melakukan pengerusakan, pembakaran, serta pembunuhan terhadap orang lain atas dasar keyakinan yang tak sama. Situasi ini sungguh miris dan menyayat hati kita sebagai manusia yang di dalamnya masih memiliki nurani. Bagaimana bisa orang dapat merusak, menghancurkan, bahkan sampai membunuh orang dengan begitu mudahnya karena keyakinan yang berbeda?

Senin, 02 November 2015

Rindu

Bila rindu telah memasuki sukma jiwa
Tak ada lagi waktu untuk menunda
Segera jiwa tanpa saat mencari sang rindu
Menunggu pun tak akan terpikir di akal
Segenap jiwa menjadi sibuk mencari penawarnya
Duhai Sang Rindu…..sukma jiwa ini ingin melebur bersama-Mu
Kelu lidahku ingin mengucap “Aku rindu pada-Mu”
Izinkan aku kembali kepada-Mu`
15 April 2013


Waktu

Sumber: mynameisadams.wordpress.com

Bagaimana aku bisa tidak mencintaimu sedang hatiku telah diliputi olehmu.
Apa yang harus aku lakukan jika hati telah melebur dengan hidupmu.
Meski hari-hariku sering melihat sosok lain dalam pandanganku, namun yang tampak tetaplah bayangmu.
Apakah aku harus mengatakan padamu bahwa aku gila padamu?

Ataukah aku harus bagaimana?
Lantaran anginmu menembus sukma hatiku, lantaran itu pula aku tersungkur dalam kubang cintamu.
Meski  ini tak mungkin, namun inilah kenyataanmu, bahwa kau telah membuatku lusuh dalam kecintaan.
Adakah yang mampu menerjemahkan bait-bait kata dari seorang pecinta ini?
Ataukah ada yang mampu memikul beban cinta ini?
Lantaran malam jua tak kunjung menyampai kabarmu di telingaku, membuat siangku menjadi kaku.
Begitu pun denganmu yang aku yakin tak akan pernah mampu menerjemahkan cinta Qais pada Laila
Begitu pun aku yang tenggelam ketika namamu menggema di telingaku
Entah sihir apa yang terkandung dalam namamu
hingga membuatku lupa bahwa aku mencintaimu.
dan biarkan waktu yang menerjemahkan semua itu.

Aku

Aku tak tahu apa aku dahulu
Aku tak ingat di mana aku dahulu
Aku juga tak mengerti, kenapa aku seperti saat ini
Aku ingin tahu siapa aku, dan di mana aku dahulu
Aku pun tak tahu betul , kapan aku dicipta
Aku hanya tahu dari catatan yang tertulis di akte kelahiranku
Bahwa aku tepat menangis pada waktu itu
Tapi aku tak ingat, kenapa aku menangis dan mengapa aku dicipta
Kini masa itupun telah berlalu
Usiaku telah menuju sang waktu
Orang tuaku bilang 22 tahun lalu aku terlahir sebagai bayi mungil
Kini aku telah berubah dari bayi mungil menjadi manusia yang keras dan tangkas
Tapi……
Aku masih belum mengerti, Kenapa aku dicipta?
Hari telah berlalu begitu banyak dalam hidupku, tapi aku tak menyadarinya
Aku masih kejar-kejaran dengan sang waktu…
terkadang ingat terkadang lupa, kalau aku sedang bertarung dengan sang waktu
01 Februari 2014

Wahai Aku

Aku mengurung rapat semua cita itu dalam memoriku
Entah sudah berapa banyak ingatan masa lalu itu di sini
Semua seolah masih tersimpan rapi di rak-rak ingatanku
Begitu kuatnya, sampai  ku pikir tak kan ada yang mampu menghapusnya.
Tapi salah, semuapun terhapus
Mentari menguapkan seluruh apa yang ada dalam perpustakaan ingatanku.
Semua hilang…..yang tersisa hanyalah lembaran-lembaran kosong yang bisu.
Menunggu di malam dalam kebisuan
Tanpa kawan dan yang ada hanyalah kesendirian
Saat itulah dian menjadi teman di kegelapan malam
Teringat cinta dalam  gelap kutemukan dia………………..
“Lalu”……….. Angin malam datang  membisik ke relung jiwa paling dalam membelah kesunyian

“Dua orang yang saling bercinta tak akan mampu mencapai hakekat Cinta, sehingga salah satu di antara mereka mengatakan kepada yang lain “wahai…………… AKU
                                                          17-04-2013

Harap

Aku mencoba tenang padahal aku tidak tahu hal apa yang sedang terjadi padamu.
Hingga aku mencoba memaksa pikirku, hal besar apa yang sedang terjadi padamu di dunia yang serba canggih dan IT ini dimana komunikasi menjadi hal yang murah tapi kau tak juga bisa menghubungiku.

Mungkinkah malam telah lupa ingatan, Hingga ia menyelimuti siang lebih awal, ataukah siang yang keasyikan terpejam, hingga menyingkap malam begitu lambat? Bahkan semut pun masih sempat menyapa meski dalam duka.

Gadis Kecil

Aku mencintai gadis kecilku, tapi sungguh dalam hatiku bertanya kenapa aku mencitainya.
Gadis mungil itu, yang tentangnya hampir memenuhi seluruh ruang di kepalaku, meyapa dengan senyum lembut, membuat gemetar seluruh tubuhku.
Aku mencintai gadis mungilku, entah sekali lagi, aku bertanya, kenapa aku mencintainya.
Sudah cukup bagiku untuk tahu bahwa dalam hati yang diam, gadis kecilku bertahta.
Di sinilah cinta mulai mengartikan rangkaian peristiwa diam, menerjemahkan berbagai klise yang membingungkan pikiran, dan di sinilah cinta mulai menggubah kedengkian menjadi kepatuhan.
Dan di sini pula cinta mulai berani menjelma angin malam, berkumpul bersama jutaan gemintang dan hangat cahaya rembulan.
Selamat malam
2 Desember 2014, 20.59