ZHAN DAN BAHAYA BERITA PROVOKATIF
Khutbah I
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزاً عَظِيماً”
أما بعد
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Seorang sufi
bernama Muhammad Ibn Thalhah Ibn Ubaidillah adalah manusia yang dilahirkan di
salah satu rumah yang termulia bagi para pejuang di masa Rasulullah Saw. Ia
hidup dan tumbuh dalam naungan perjuangan di bawah asuhan sang ayah yang
pemberani dan beriman. Rasulullah pernah bersabda berkenaan dengan dirinya, “Barang siapa
ingin melihat seorang syahid yang berjalan di muka bumi, lihatlah Thalhah ibn
Ubaidillah”.
Di usia
mudanya Muhammad Ibn Thalhah sangat tekun beribadah bahkan ia seringkali larut
dalam sujudnya. Di bawah didikan ayahnya, ia mampu untuk menghafal kitab suci
Al-Qur’an, ayahnya sendiri adalah salah seorang yang termasuk dalam As-Sabiqun
al-Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Ia juga termasuk dalam
salah satu oarng dari 10 yang dikabarkan masuk surga. Serta pernah dijadikan
oleh Umar sebagai calon khalifah dalam dewan permusyawaratan.
Pada saat
perang Uhud berlangsung, Thalhah Ibn Ubaidillah terkena musibah, tangannya
terkena anak panah sehingga terasa kaku. Rasulullah sendiri yang merawat
langsung Thalhah. Rasulullah Saw. mengangkat Thalhah ke atas punggungnya dan
membawanya sampai jauh dari huru hara peperangan dan para pemanah di medan
perang tersebut. Pada saat itu Rasulullah berkata, “Wajib bagi Thalhah!”.
Artinya Thalhah telah melaksanakan suatu amal yang mewajibkannya masuk
surga.
Muhammad Ibn
Thalhah adalah seorang sufi mulia karena jalan hidupnya yang penuh dengan
beribadah kepada Allah Swt., tidak condong pada gemerlapnya kehidupan dunia
serta berbagai perangkat kenikmatannya, sementara itu ia sendiri adalah seorang
yang terhindar dari keterlibatannya dengan kehidupan kebanyakan kaum muslim
pada saat itu yang terjebak pada fitnah (kekacauan) setelah wafatnya
Rasulullah.
Karenanya
ketika Amirul Mukminin Utsman ibn Affan terbunuh di rumahnya dalam keadaan
sedang membaca kitab suci Al-Qur’an di kamarnya, Muhammada Ibn Thalhah
bertanya-tanya sambil matanya bercucuran air mata sehingga membasahi
jenggotnya, “Siapakah gerangan yang tega membubuh Amirul Mukminin?” Desas-desus
muncul di kalangan kaum Muslim, bahwa yang membunuh Khalifah Utsman adalah
Muhammad ibn Abu Bakar putra dari Abu Bakar. Muhammad ibn Thalhah pun bertanya,
“Apakah Muhammad ibn Abu Bakar terlibat dalam pembunuhan tersebut ataukah isu
itu dibuat sengaja untuk memalingkan dari keadaan yang sebenarnya yang
diperbuat oleh orang durhaka?”
Setelah jelas bahwa yang membunuh
Utsman ibn Affan bukanllah putra Abu Bakar Ash-Shiddiq, pikirannya mantap dan
semangat cintanya berkobar. Ia amat mengharapkan agar putra Abu Bakar tersebut
tidak terlibat.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Kematian Utsman adalah awal
terjadinya fitnah (kekacauan) yang keji dalam umat Islam yang dampaknya
mengakibatkan terpecahnya umat Islam. Kematian Utsman menyisakan berbagai
pertanyaan dan memunculkan berbagai persoalan. Setelah kematian Utsman
terjadilah kekosongan kepemimpinan dalam tubuh umat Islam. Kondisi politik yang
tidak stabil ini seringkali menyebabkan ketegangan di antara umat Islam itu
sendiri. Dalam kondisi demikian umat Islam membai’at Ali ibn Abi Thalib sebagai
Khalifah namun kelompok Muawiyah dan penduduk Syam menolaknya. Peristiwa tersebut
berlangsung begitu cepat, dalam situasi yang tegang tersebut terjadilah perang
Unta di mana Aisyah terlibat di dalamnya.
Thalhah adalah pemerhati dari kasus
pembunuhan Utsman. Karena itulah ia sepenuhnya tidak terlibat dalam peperangan
ini. Karena itu juga Bani Umayah memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan situasi
ini untuk berbalas dendam. Hal ini terbukti ketika Marwan ibn al-Hakam
mengarahkan panahnya ke Thalhah. Saat itulah Thalhah berseru, “Saya tidak
menuntut balas setelah hari ini!” pada akhirnya Thalhah pun syahid.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Pada dasarnya
Muhammad ibn Thalhah lebih condong kepada Khalifah Ali, namun karena taat
kepada ayahnya yang terlibat dalam memerangi Khalifah Ali maka ia pun berada di
pihak lawan Ali. Meskipun demikian ia tidak berusaha
membunuh seseorang. Apabila seseorang hendak menyerangnya ia berkata, “Aku
ingatkan engkau dengan seorang sahabat karib!”. Lalu lawannya menjauhinya. Hal
yang demikian itu terus dilakukannya, hingga ia bertemu dengan seorang bernama
Isham ibn Muqsyair (menurut pendapat terkuat) yang keras hati dan membunuhnya meski ia telah mengingatkan
dengan kalimat tersebut.
Setelah pertempuran selesai, Ali,
Hasan putera Ali, Muhammad ibn Abu Bakar, dan Amar ibn Yasir menyusuri medan
laga, tiba-tiba terlihat sosok tubuh dengan wajah tertelungkup oleh Hasan, lalu
dibalikkan tubuh tersebut dan diperhatikannya, setelah itu ia berkata, “innalillahi
wa inna ilaihi rajiun”. Demi Allah orang ini termasuk bagian dari orang
Quraisy”. Ayahnya bertanya, “siapa ia wahai anakku?” Jawab Hasan, “Muhammad ibn
Thalhah”. Khalifah Ali kemudian berkata. “innalillahi wa inna ilaihi rajiun”.
Orang ini ahli sujud dan pemelihara Ka’bah. Ia adalah pemuda yang saleh”.
Setelah itu ia duduk, dan tampak
raut kesedihan di wajahnya. Hasan berkata kepadanya, “Wahai ayahku, dulu aku
pernah mencegahmu melakukan perjalanan ini, tapi si anu dan si anu mengalahkan
pendapatmu”. Jawab Khalifah Ali, “Dulunya begitu, wahai anakku. Aku berharap
sebaiknya 20 tahun yang lalu aku sudah meninggal”. Aku menghendaki agar Thalhah
dan puteranya dimakamkan dalam satu kubur. Langit membukakan pintu rahmat dan
keridhaan bagi pahlawan syahid ini”.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Ada beberapa hal penting yang dapat
kita ambil hikmah dari cerita dan peristiwa kelam sejarah umat Islam tersebut.
Thalhah telah berupaya betul bertabayun dan menjaga dirinya dari sifat berburuk
sangka atas kematian Utsman, dan dasas-desus berita yang tidak jelas membuat
fitnah terjadi dalam tubuh umat Islam.
Dalam al-Qur’an Allah Swt
berfirman;
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman,jauhilah
kebanyakan berprasangka,karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”(Al-Hujurat
: 12)
Sementara
itu Nabi Muhammad Saw. Bersabda;
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ
الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ
تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ
إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan
berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan.
Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai,
saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara”
Ayat dan hadis di atas jelas
memberikan informasi pada kita bahwa berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan
(tajassus) orang lain adalah perbuatan terlarang dan tidak dibenarkan. Berburuk
sangka adalah awal dari kecurigaan, kecurigaan adalah awal dari ketidakpercayaan
pada orang lain. Kecurigaan yang tidak berdasar tentu akan menimbulkan sikap
berlebihan dalam menilai seseorang sehingga membuat kita berpikiran negatif terhadap
orang lain. Tentu hal ini sangat berbahaya dalam kehidupan kita di masyarakat
jika sikap berprasangka buruk ini terus dipupuk.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Di era saat ini, dimana
perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat terkadang membuat kita
kelabakan dan kewalahan dalam mengikutinya. Hal ini yang kadang-kadang membuat
kita merasa malas untuk menyaring segala bentuk informasi yang muncul
sehari-hari dalam lingkup kehidupan kita. Kita kesulitan dalam menganalisa mana
informasi yang benar dan salah, baik dan buruk. Bahkan karena sebuah informasi
yang tidak kita verifikasi, kita seringkali mendasarkan tindakan kita pada
hal-hal yang demikian. Padahal, tentu hal ini sangat berbahaya dan salah. Dalam
Islam, segala bentuk informasi yang berkembang haruslah diverifikasi kebenarannya,
kalaupun tak bisa memverifikasinya kerena kelemahan ilmu dan keterbatasan waktu
maka paling baik adalah diam dan tidak berkomentar atas ketidak tahuan
tersebut.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن
جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (AlHujurat : 6)
Ayat ini jelas melarang untuk
mengikuti desas-desus. Ayat tersebut menyeru agar kaum mukmin melakukan
verifikasi atas berita yang tersebar yang sampai pada dirinya. Hal ini karena
tidak semua yang tersebar benar-benar merupakan fakta. Bukankah media memiliki
idiologinya masing-masing dalam pemberitaan, sementara di satu sisi kepentingan
bisnis dari pemberitaan juga menjadi titik tekan pemilik media. Jika media yang
resmi saja kita perlu melakukan verifikasi atas berita yang disampaikan maka
bagaimana mungkin kita bisa lalai atas berita-berita yang sumbernya saja kita
tidak tahu kejelasannya.
Kita tentu masih ingat beberapa
tahun lalu saat peristiwa pemilu presiden di negeri kita berlangsung,
ketegangan begitu terasa, bahkan sampai saat ini. simpatisan masing-masing
pendukung calon saling bersitegang. Bahkan tak sedikit yang menggunakan media
untuk menjelek-jelekkan masing-masing calon. Segala isu-isu kotor dan
menjatuhkan masing-masing calon dibangun dan disebarluaskan. Ada yang mem-broadcast
melalui sms, bbm, whatsaf, line, dll. Sementara yang lainnya menggunakan media
twitter yang biasa disebut twittwar atau facebook yang biasanya disertai dengan
meme-meme provokatif dengan poto-poto yang dikemas sedimikian rupa untuk
menjatuhkan.
Anehnya, banyak dari kita—jika tak
mau dibilang seluruhnya—kaum Muslim ikut terjebak pada situasi itu, kita
terprovokasi dalam mengkonsumsi berita-berita yang tak jelas sumbernya.
Untungnya, Alhamdulillah masyarakat kita masih waras untuk tidak saling
menumpahkan darah, meski di satu sisi sangat “gila” dalam menjatuhkan satu sama
lain orang yang berbeda dengan kita, bahkan antar saudara saling
menjelek-jelekkan karena berita-berita yang sampai pada kita tanpa di saring.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Baru-baru ini
kita dicengangkan oleh berita kerusuhan dan pembakaran rumah ibadah masyarakat
keturunan Tionghoa di Tanjungbalai oleh sekelompok kecil umat Islam yang
diakibatkan oleh provokasi dari sebuah pesab broadcast yang memberitakan
berita-berita yang tidak jelas. Padahal Nabi sangat melarang
siapapun untuk merusak tempat ibadah umat manapun dalam keadaan apapun.
Apalah daya, teknologi informasi memang
begitu cepat dan tak dapat dibendung, orang dapat menulis apa dan memberitakan
apa saja sesuka hatinya. Banyak orang terjebak pada berita semata dan menerimanya
sebagai kebenaran tanpa di cek sebelumnya benar dan salahnya. Peristiwa di
Tanjungbalai adalah satu contoh konkrit dari ketidak siap sediaan masyarakat
dalam menyaring segala informasi yang masuk dalam kehidupannya. Padahal Al-Qur’an
dan Nabi telah mengingatkan dan mengajarkan kita untuk menerima informasi
dengan hati-hati dan menyaringnya sebisa mungkin.
Muhammad ibn Thalhah mengajarkan
kita bagaimana caranya hidup dan beragama dengan benar. Ia memberikan contoh
untuk berhati-hati dalam menerima berita dan desas-desus yang beredar di
masyarakat. Bahkan ia rela menunggu dan bersabar untuk menyimpulkan berita
terkait kematian Utsman yang menurut informasi disebabkan oleh Putra Abu Bakar
Ash-Shiddiq, padahal tidak.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
أَحْمَدُ
رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Ada beberapa poin yang perlu khotib
tekankan dalam tema khutbah Jum’at kali ini terkait Zhan dan Bahaya Berita
Provokatif, antara lain;
Pertama, umat
Islam hendaknya tidak mudah berperasangka buruk pada siapapun, upayakan untuk
selalu menebar kebaikan dan berpikir positif kepada orang lain.
Kedua, hendaknya
kita selalu meningkatkan kualitas ukuwwah kita kepada sesama muslim dan sesama masyarakat
manusia serta menjalin komunikasi yang baik agar terhindar dari segala bentuk
prasangka dan kecurigaan yang dapat menimbulkan perpecahan.
Keempat,
hendaknya kita selalu berusaha untuk memverifikasi berita yang masuk ke dalam
kehidupan kita agar tahu kebenarannya.
Kelima,
berupaya menahan diri dari segala bentuk provokasi dan sikap main hakim sendiri
kepada orang atau kelompok lain yang bersebrangan dengan kita.
Keenam,
mengutamakan dialog dalam setiap persoalan. Serta berusaha menahan diri atas
apa yang tidak kita mengerti dan ketahui terhadap suatu persoalan atau isu yang
berkembang. Dan terakhir.
Ketujuh,
hendaknya setiap orang untuk takut kepada Allah dari upaya merusak dan
melakukan kebohongan melalui cara menyebar berita-berita bohong dan provokatif.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ
آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت
خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا
وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه
و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.







good job.
BalasHapus