Senin, 01 Agustus 2016


ZHAN DAN BAHAYA BERITA PROVOKATIF
Khutbah I
 إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”
أما بعد
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Seorang sufi bernama Muhammad Ibn Thalhah Ibn Ubaidillah adalah manusia yang dilahirkan di salah satu rumah yang termulia bagi para pejuang di masa Rasulullah Saw. Ia hidup dan tumbuh dalam naungan perjuangan di bawah asuhan sang ayah yang pemberani dan beriman. Rasulullah pernah bersabda berkenaan dengan dirinya, “Barang siapa ingin melihat seorang syahid yang berjalan di muka bumi, lihatlah Thalhah ibn Ubaidillah”.


Di usia mudanya Muhammad Ibn Thalhah sangat tekun beribadah bahkan ia seringkali larut dalam sujudnya. Di bawah didikan ayahnya, ia mampu untuk menghafal kitab suci Al-Qur’an, ayahnya sendiri adalah salah seorang yang termasuk dalam As-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Ia juga termasuk dalam salah satu oarng dari 10 yang dikabarkan masuk surga. Serta pernah dijadikan oleh Umar sebagai calon khalifah dalam dewan permusyawaratan.
Pada saat perang Uhud berlangsung, Thalhah Ibn Ubaidillah terkena musibah, tangannya terkena anak panah sehingga terasa kaku. Rasulullah sendiri yang merawat langsung Thalhah. Rasulullah Saw. mengangkat Thalhah ke atas punggungnya dan membawanya sampai jauh dari huru hara peperangan dan para pemanah di medan perang tersebut. Pada saat itu Rasulullah berkata, “Wajib bagi Thalhah!”. Artinya Thalhah telah melaksanakan suatu amal yang mewajibkannya masuk surga.
Muhammad Ibn Thalhah adalah seorang sufi mulia karena jalan hidupnya yang penuh dengan beribadah kepada Allah Swt., tidak condong pada gemerlapnya kehidupan dunia serta berbagai perangkat kenikmatannya, sementara itu ia sendiri adalah seorang yang terhindar dari keterlibatannya dengan kehidupan kebanyakan kaum muslim pada saat itu yang terjebak pada fitnah (kekacauan) setelah wafatnya Rasulullah.
Karenanya ketika Amirul Mukminin Utsman ibn Affan terbunuh di rumahnya dalam keadaan sedang membaca kitab suci Al-Qur’an di kamarnya, Muhammada Ibn Thalhah bertanya-tanya sambil matanya bercucuran air mata sehingga membasahi jenggotnya, “Siapakah gerangan yang tega membubuh Amirul Mukminin?” Desas-desus muncul di kalangan kaum Muslim, bahwa yang membunuh Khalifah Utsman adalah Muhammad ibn Abu Bakar putra dari Abu Bakar. Muhammad ibn Thalhah pun bertanya, “Apakah Muhammad ibn Abu Bakar terlibat dalam pembunuhan tersebut ataukah isu itu dibuat sengaja untuk memalingkan dari keadaan yang sebenarnya yang diperbuat oleh orang durhaka?”
Setelah jelas bahwa yang membunuh Utsman ibn Affan bukanllah putra Abu Bakar Ash-Shiddiq, pikirannya mantap dan semangat cintanya berkobar. Ia amat mengharapkan agar putra Abu Bakar tersebut tidak terlibat.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Kematian Utsman adalah awal terjadinya fitnah (kekacauan) yang keji dalam umat Islam yang dampaknya mengakibatkan terpecahnya umat Islam. Kematian Utsman menyisakan berbagai pertanyaan dan memunculkan berbagai persoalan. Setelah kematian Utsman terjadilah kekosongan kepemimpinan dalam tubuh umat Islam. Kondisi politik yang tidak stabil ini seringkali menyebabkan ketegangan di antara umat Islam itu sendiri. Dalam kondisi demikian umat Islam membai’at Ali ibn Abi Thalib sebagai Khalifah namun kelompok Muawiyah dan penduduk Syam menolaknya. Peristiwa tersebut berlangsung begitu cepat, dalam situasi yang tegang tersebut terjadilah perang Unta di mana Aisyah terlibat di dalamnya.
Thalhah adalah pemerhati dari kasus pembunuhan Utsman. Karena itulah ia sepenuhnya tidak terlibat dalam peperangan ini. Karena itu juga Bani Umayah memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan situasi ini untuk berbalas dendam. Hal ini terbukti ketika Marwan ibn al-Hakam mengarahkan panahnya ke Thalhah. Saat itulah Thalhah berseru, “Saya tidak menuntut balas setelah hari ini!” pada akhirnya Thalhah pun syahid.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Pada dasarnya Muhammad ibn Thalhah lebih condong kepada Khalifah Ali, namun karena taat kepada ayahnya yang terlibat dalam memerangi Khalifah Ali maka ia pun berada di pihak lawan Ali. Meskipun demikian ia tidak berusaha membunuh seseorang. Apabila seseorang hendak menyerangnya ia berkata, “Aku ingatkan engkau dengan seorang sahabat karib!”. Lalu lawannya menjauhinya. Hal yang demikian itu terus dilakukannya, hingga ia bertemu dengan seorang bernama Isham ibn Muqsyair (menurut pendapat terkuat) yang keras hati dan membunuhnya meski ia telah mengingatkan dengan kalimat tersebut.
Setelah pertempuran selesai, Ali, Hasan putera Ali, Muhammad ibn Abu Bakar, dan Amar ibn Yasir menyusuri medan laga, tiba-tiba terlihat sosok tubuh dengan wajah tertelungkup oleh Hasan, lalu dibalikkan tubuh tersebut dan diperhatikannya, setelah itu ia berkata, “innalillahi wa inna ilaihi rajiun”. Demi Allah orang ini termasuk bagian dari orang Quraisy”. Ayahnya bertanya, “siapa ia wahai anakku?” Jawab Hasan, “Muhammad ibn Thalhah”. Khalifah Ali kemudian berkata. “innalillahi wa inna ilaihi rajiun”. Orang ini ahli sujud dan pemelihara Ka’bah. Ia adalah pemuda yang saleh”.
Setelah itu ia duduk, dan tampak raut kesedihan di wajahnya. Hasan berkata kepadanya, “Wahai ayahku, dulu aku pernah mencegahmu melakukan perjalanan ini, tapi si anu dan si anu mengalahkan pendapatmu”. Jawab Khalifah Ali, “Dulunya begitu, wahai anakku. Aku berharap sebaiknya 20 tahun yang lalu aku sudah meninggal”. Aku menghendaki agar Thalhah dan puteranya dimakamkan dalam satu kubur. Langit membukakan pintu rahmat dan keridhaan bagi pahlawan syahid ini”.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Ada beberapa hal penting yang dapat kita ambil hikmah dari cerita dan peristiwa kelam sejarah umat Islam tersebut. Thalhah telah berupaya betul bertabayun dan menjaga dirinya dari sifat berburuk sangka atas kematian Utsman, dan dasas-desus berita yang tidak jelas membuat fitnah terjadi dalam tubuh umat Islam.
Dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman,jauhilah kebanyakan berprasangka,karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”(Al-Hujurat : 12)
Sementara itu Nabi Muhammad Saw. Bersabda;

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”
Ayat dan hadis di atas jelas memberikan informasi pada kita bahwa berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan (tajassus) orang lain adalah perbuatan terlarang dan tidak dibenarkan. Berburuk sangka adalah awal dari kecurigaan, kecurigaan adalah awal dari ketidakpercayaan pada orang lain. Kecurigaan yang tidak berdasar tentu akan menimbulkan sikap berlebihan dalam menilai seseorang sehingga membuat kita berpikiran negatif terhadap orang lain. Tentu hal ini sangat berbahaya dalam kehidupan kita di masyarakat jika sikap berprasangka buruk ini terus dipupuk.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Di era saat ini, dimana perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat terkadang membuat kita kelabakan dan kewalahan dalam mengikutinya. Hal ini yang kadang-kadang membuat kita merasa malas untuk menyaring segala bentuk informasi yang muncul sehari-hari dalam lingkup kehidupan kita. Kita kesulitan dalam menganalisa mana informasi yang benar dan salah, baik dan buruk. Bahkan karena sebuah informasi yang tidak kita verifikasi, kita seringkali mendasarkan tindakan kita pada hal-hal yang demikian. Padahal, tentu hal ini sangat berbahaya dan salah. Dalam Islam, segala bentuk informasi yang berkembang haruslah diverifikasi kebenarannya, kalaupun tak bisa memverifikasinya kerena kelemahan ilmu dan keterbatasan waktu maka paling baik adalah diam dan tidak berkomentar atas ketidak tahuan tersebut.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (AlHujurat : 6)
Ayat ini jelas melarang untuk mengikuti desas-desus. Ayat tersebut menyeru agar kaum mukmin melakukan verifikasi atas berita yang tersebar yang sampai pada dirinya. Hal ini karena tidak semua yang tersebar benar-benar merupakan fakta. Bukankah media memiliki idiologinya masing-masing dalam pemberitaan, sementara di satu sisi kepentingan bisnis dari pemberitaan juga menjadi titik tekan pemilik media. Jika media yang resmi saja kita perlu melakukan verifikasi atas berita yang disampaikan maka bagaimana mungkin kita bisa lalai atas berita-berita yang sumbernya saja kita tidak tahu kejelasannya.
Kita tentu masih ingat beberapa tahun lalu saat peristiwa pemilu presiden di negeri kita berlangsung, ketegangan begitu terasa, bahkan sampai saat ini. simpatisan masing-masing pendukung calon saling bersitegang. Bahkan tak sedikit yang menggunakan media untuk menjelek-jelekkan masing-masing calon. Segala isu-isu kotor dan menjatuhkan masing-masing calon dibangun dan disebarluaskan. Ada yang mem-broadcast melalui sms, bbm, whatsaf, line, dll. Sementara yang lainnya menggunakan media twitter yang biasa disebut twittwar atau facebook yang biasanya disertai dengan meme-meme provokatif dengan poto-poto yang dikemas sedimikian rupa untuk menjatuhkan.
Anehnya, banyak dari kita—jika tak mau dibilang seluruhnya—kaum Muslim ikut terjebak pada situasi itu, kita terprovokasi dalam mengkonsumsi berita-berita yang tak jelas sumbernya. Untungnya, Alhamdulillah masyarakat kita masih waras untuk tidak saling menumpahkan darah, meski di satu sisi sangat “gila” dalam menjatuhkan satu sama lain orang yang berbeda dengan kita, bahkan antar saudara saling menjelek-jelekkan karena berita-berita yang sampai pada kita tanpa di saring.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Baru-baru ini kita dicengangkan oleh berita kerusuhan dan pembakaran rumah ibadah masyarakat keturunan Tionghoa di Tanjungbalai oleh sekelompok kecil umat Islam yang diakibatkan oleh provokasi dari sebuah pesab broadcast yang memberitakan berita-berita yang tidak jelas. Padahal Nabi sangat melarang siapapun untuk merusak tempat ibadah umat manapun dalam keadaan apapun.
Apalah daya, teknologi informasi memang begitu cepat dan tak dapat dibendung, orang dapat menulis apa dan memberitakan apa saja sesuka hatinya. Banyak orang terjebak pada berita semata dan menerimanya sebagai kebenaran tanpa di cek sebelumnya benar dan salahnya. Peristiwa di Tanjungbalai adalah satu contoh konkrit dari ketidak siap sediaan masyarakat dalam menyaring segala informasi yang masuk dalam kehidupannya. Padahal Al-Qur’an dan Nabi telah mengingatkan dan mengajarkan kita untuk menerima informasi dengan hati-hati dan menyaringnya sebisa mungkin.
Muhammad ibn Thalhah mengajarkan kita bagaimana caranya hidup dan beragama dengan benar. Ia memberikan contoh untuk berhati-hati dalam menerima berita dan desas-desus yang beredar di masyarakat. Bahkan ia rela menunggu dan bersabar untuk menyimpulkan berita terkait kematian Utsman yang menurut informasi disebabkan oleh Putra Abu Bakar Ash-Shiddiq, padahal tidak.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Ada beberapa poin yang perlu khotib tekankan dalam tema khutbah Jum’at kali ini terkait Zhan dan Bahaya Berita Provokatif, antara lain;
Pertama, umat Islam hendaknya tidak mudah berperasangka buruk pada siapapun, upayakan untuk selalu menebar kebaikan dan berpikir positif kepada orang lain.
Kedua, hendaknya kita selalu meningkatkan kualitas ukuwwah kita kepada sesama muslim dan sesama masyarakat manusia serta menjalin komunikasi yang baik agar terhindar dari segala bentuk prasangka dan kecurigaan yang dapat menimbulkan perpecahan.
Keempat, hendaknya kita selalu berusaha untuk memverifikasi berita yang masuk ke dalam kehidupan kita agar tahu kebenarannya.
Kelima, berupaya menahan diri dari segala bentuk provokasi dan sikap main hakim sendiri kepada orang atau kelompok lain yang bersebrangan dengan kita.
Keenam, mengutamakan dialog dalam setiap persoalan. Serta berusaha menahan diri atas apa yang tidak kita mengerti dan ketahui terhadap suatu persoalan atau isu yang berkembang. Dan terakhir.
Ketujuh, hendaknya setiap orang untuk takut kepada Allah dari upaya merusak dan melakukan kebohongan melalui cara menyebar berita-berita bohong dan provokatif.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اللهم افتح بيننا وبين قومنا بالحق وأنت خير الفاتحين.
اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.




 

1 komentar: